"BRaaakkk!!!"
Aku terkejut. Ayah membanting ember dengan penuh emosi. Aku terdiam...,
Lebih menyakitkan lagi saat, ku dengar ayah bercerita sesuatu yang ku tahu tak benar mengenai ibu dengan wanita itu. Ya, wanita itu. Wanita yang telah merusak segala. Aku emosi, aku marah, tapi hanya diam. Dengan segera aku menuju pintu depan, mencium punggung tangannya lalu pergi. Tawaran ayah untuk mengantar seperti biasa, ku tolak.
Ia tahu, ia yang salah. Tapi mengapa kami yang terkena dampaknya? Dulu ia bilang itu khilaf, dan sekarang khilaf itu terus berlanjut. Ia tak dapat memilih antara kami atau dia. Tapi ia terus menyakiti orang yang paling kusayang.