Friday, January 3, 2014

She is our Princess Forever




 

Kebersamaan yang singkat namun penuh cinta dan kenangan manis. Terima kasih banyak untuk m'esti haryani yang sudah mempercayakan Puti pada diri ini. Maaf, kebersamaan itu begitu singkat, tapi Puti begitu memberi warna pada ku dan Obin. 

"Puti, nanny sayang maaf. Nanny sayang Puti, sayang banget. Makasih sudah mengisi hari-hari nanny,"

Sunday, June 24, 2012

Ketika Harus 'Mengungsi', karena ... ...

Kenapa menggunakan kata 'mengungsi', dibandingkan 'pindah'??
jawabannya tak ada :D

1 tahun 2 bulan, usia kerjaku saat itu. Dalam usia itu pula, sudah dipindah sebanyak 4x. Kenapa? jawabannya simple ... karena ditempatkan ditempat yang menurut 'Mr.X', dekat rumah. Tapi tidak juga karena yang terakhir ditempatkan di lokasi yang jika dibandingkan dengan keempatnya, ini yang terjauh, walau masih diseputaran kecamatan rumah.

Berpindah setiap kali ada yang baru masuk (hhh...), alasan 'yang baru rumahnya dekat dengan lokasi'. Then how about me now?????? So, tanya pada yang bisa menjawab...kekekek...

Anyway...so what gitu lho??? Daripada terus dipikirkan rasa 'kecewa'nya, mending menikmati yang ada. At Least, beri aku alasan yang tepat sebelumnya sehingga diri ini tidak berprasangka yang tidak2.


Thursday, March 29, 2012

[FF] Ego

"BRaaakkk!!!"
Aku terkejut. Ayah membanting ember dengan penuh emosi. Aku terdiam...,

Lebih menyakitkan lagi saat, ku dengar ayah bercerita sesuatu yang ku tahu tak benar mengenai ibu dengan wanita itu. Ya, wanita itu. Wanita yang telah merusak segala. Aku emosi, aku marah, tapi hanya diam. Dengan segera aku menuju pintu depan, mencium punggung tangannya lalu pergi. Tawaran ayah untuk mengantar seperti biasa, ku tolak.

Ia tahu, ia yang salah. Tapi mengapa kami yang terkena dampaknya? Dulu ia bilang itu khilaf, dan sekarang khilaf itu terus berlanjut. Ia tak dapat memilih antara kami atau dia. Tapi ia terus menyakiti orang yang paling kusayang.

Tuesday, December 6, 2011

Ayah, apa itu benar...

Ayah
Apa itu benar...jika kau kembali berbohong?
Ayah
Apa itu benar...karena selalu pembenaran yang Engkau cari atas apa yang telah kau lakukan?
Ayah
Apa itu benar...atas apa yang kembali kau ulang?
Ayah
Apa itu benar...dengan cara yang kau tempuh untuk meraih apa yang kau ingin?

Ayah,
Apa kau tahu
Kau kembali menyakiti kami
Kau kembali mengecewakan kami
Kau kembali membuat luka kami

Ayah,
Sebenarnya apa yang kau cari?
Apa yang kau ingin?
Apa yang ingin kau lakukan?
Apa yang ingin kau balas?

Friday, August 5, 2011

Bergerak dan teruslah bergerak, hingga kau tak lagi mampu 
Bergerak dan teruslah bergerak hingga kau tak sanggup lagi
Bergerak dan teruslah bergerak hingga nafas terakhirmu

Hingga ajal tiba menjemputmu terus dan teruslah bergerak

Wednesday, May 18, 2011

Lonely... Empty...

Saat keras bertemu keras
seakan hanya milik berdua
Tak melihat kanan-kiri, depan-belakang...
Hanya dirimu dan dirinya
Sakit yang tertinggal tak terasa
Tangis dan amarah tak terlihat
Sepi... Kosong
Sepi... Kosong
Sepi... Kosong
Hampa...

Tak ada yang mundur
Semua merasa benar
Semua terlihat sama
saat emosi kuasa jiwa
Tak lihatkah
Sekitar
Merintih...
Coba dengar
Coba rasakan
Bagaimana rasanya terhimpit
Sepi... Kosong
Sepi... Kosong
Hampa

Ego bermain
Ego pemenang
Selamat, tak ada guna sekarang
Sesalpun tak terlihat
Semua bagimu salah
Mata tertutup
Hati pun sama
Selamat, kau dikuasai kini...

Wednesday, April 20, 2011

[FF] Curiga

"Papamu tak akan kembali." ucap mama sebelum mengunci pintu kamarnya. Aku diam tak menanggapi. Entah ini sudah yang keberapa kali mama beranggapan seperti itu. Aku tetap percaya papa akan pulang malam ini seperti malam-malam sebelumnya.

Ya, mama selalu mencurigai papa sejak mengetahui belang laki-laki yang ia sebut suami. Sedangkan aku, aku kecewa dengan papa juga marah. Tapi kini hati ini sedikit melembut, setidaknya setelah beliau meminta maaf dan mengaku salah padaku. Sayang tidak dengan mama, mama tetap saja menaruh curiga dan sudah tak percaya lagi.

Awalnya aku berdiri dipihak mama, kini aku memilih tak memihak siapapun. Keduanya salah, papa salah karena membohongi dan menduakan mama. Dan dimataku mama pun salah, karena tak henti menuduh yang bukan-bukan, walau pada kenyataannya aku pun tak tahu apa yang dilakukan papa saat diluar rumah.

"Papa di rumah, dek?" sebuah pesan singkat datang dari mama.
"Keluar. Ke Bekasi,"

Tak berapa lama telpon rumah berdering. Aku tahu itu pasti mama. Dengan cepat ku raih telponnya.
"Bilang apa lagi?"
"Tak, ada. Hanya ke Bekasi dan mungkin tak bisa menjemput."
"Ya, sudah. Tapi kalau pulang urut papamu ke rumah wanita itu, maka celakalah ia!"

Aku hanya diam mendengarnya, bukan kali ini saja kata 'celaka' itu keluar dari mulut mama. Jujur aku tak menyukai kata itu.

"Papamu sudah pulang?" tanya mama yang kembali menelpon sore harinya.
"Belum?"
"Dari pagi sampai sekarang?"
"Mungkin masih dijalan..."
"Kamu mau aja dibohongi, Nak..." terdengar suara tawa kecil diseberang.

Keesokkan paginya,
"Papa di rumah, Nak?"
"Pergi liat kios,"
"Pagi-pagi? Memang ada yang buka? Celakalah ia kalau ke rumah wanita itu."

Ada apa dengan keduanya? Setiap keluar rumah, papa tak pernah bilang kemana ke mama. Dan setiap papa ke luar rumah, pikiran negatif selalu menghinggapi mama. Apalagi jika ponsel papa tak satupun yang bisa dihubungi, maka kata 'celaka' pasti keluar.