Wednesday, February 16, 2011

(Part 1) 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)





1. Abu Bakar Bakar Ash-Shiddiq RA

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu (RA) adalah khalifah pertama, setelah Nabi wafat. Ia sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah, kemanapun Nabi pergi, ia selalu menyertainya. Termasuk saat Rasul dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, suatu perjalanan yang penuh dengan risiko.Nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah.

Ayahnya, Abu Quhafah yang nama aslinya adalah Usman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim Murrah bin Ka’b bin Lu’ai bin Ghalib atTaimiy al Qurosy. Bertemu silsilah atau keturunan dengan Rasulullah saw di Murrah bin Ka’ab. Ibu Abu Bakar adalah Ummul Khair Salma binti Shokhr bin Amir bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah.

Abubakar Assidiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan juga harga dirinya. Mempunyai pengaruh yang besar dan memiliki akhlak yang mulia. Maka tak heran jika banyak kaumnya yang datang padanya untuk berbagai urusan, saat itulah orang-orang yang ia percayai satu persatu diajak masuk Islam. Mereka yang menerima ajakannya antara lain, Azzubair ibnul Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin Auf.

Sejak remaja, Abu Bakar telah bersahabat dengan Nabi. Ia juga orang pertama yang memeluk Islam. Tidaklah sulit baginya untuk mempercayai ajaran Islam, karena tahu betul keagungan akhlak Rasulullah. Demikian juga saat Nabi menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj. Abu Bakarlah sahabat yang pertama kali membenarkan peristiwa tersebut.

Diwaktu perang Badar, saat Rasulullah Saw sedang khusyuk berdoa:
“Ya Allah, jika Engkau binasakan kelompok ini, maka Engku tidak akan disembah lagi dimuka bumi.”Disaat itu Abubakar datang dan menghampiri Rasulullah seraya berkata,”Ya Rasulullah, tenangkanlah dirimu dan mantapkan hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janjiNya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanmu.”

Saat mendengarnya hati Rasulullah menjadi mantab dan tenang. Oleh sebab itu, ia diberi gelar oleh Rasulullah yakni Ash-Shiddiq (yang benar, jujur, dan membenarkan).Abubakar adalah orang muslim pertama yang membebaskan budak dan juga merupakan Khalifah Rasulullah Saw yang pertama, dan orang pertama dari kesepuluh orang “Almubasysyarin bin jannah”.

Pada saat peperangan di Tabuk dan Mu’tah, bersamaan dengan pelepasan tentara Muslimin Abubakar  menyampaikan sepuluh pesan bersejarah, yakni: Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan menipu (berbuat maker), jangan membunuh lawan dengan cara yang sadis, jangan membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita, jangan menebang pohon kurma atau pohon-pohon yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan menyembelih domba, sapi dan unta kecuali hanya untuk kebutuhan dimakan dagingnya. Nanti kalian akan bertemu dengan orang-orang yang bertapa dalam biara, biarkan mereka dan jangan mengusik mereka.

Peperangan ‘Alyamamah’ merupakan peperangan dimana banyak penghafal Al Qur’an berguguran. hal ini tentu saja menganggu pikiran Umar ra semasa Khalifah Abubakar. Ia pun datang menemui Abubakar dan mengutarakan keresahannya. Abubakar pun lantas memanggil Zaid bin Tsabit, salah satu penghafal Al Qur’an. Merekapun bermusyawarah bertiga. Dalam musyawarah itu Abubakar berkata pada Zaid,”Ketika Umar mendesakkan usulannya, aku menjawab, ‘Mengapa aku melakukan sesuatu yang tidak diperbuat Rasullullah?” Tetapi Umar menegaskan,”Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik.” Akhirnya Allah membukakan hatiku untuk menerima pendapat Umar. Hai Zaid, engkau adalah seorang pemuda yang cerdas. Engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu diperintah Rasulullah, maka kumpulkanlah ayat-ayat Al Qur’an itu."

Pada awalnya Zaid merasa tak sanggup, karena pekerjaan itu terasa berat baginya, iapun lantas bertanya pada keduanya,“Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbuat Rasulullah?“ Abubakar menjawab,“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik.“

Lalu Zaid pun mulai mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an yang tercatat pada daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al Qur’an.

Karena hal ini pulalah, Sayyidina Ali ra berkata; “Rahmat Allah atas Abubakar, dialah yang paling besar ganjarannya dalam pengumpulan Al Qur’an.“

Al Qur’an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya, seperti yang dikatakan Allah dalam firmanNya:
“Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surge), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al Lail 5-7)

Sabda Rasulullah saw:
“Jika ditimbang keimanan Abubakar dengan keimanan seluruh umat manusia akan lebih berat keimanan Abubakar.” (HR.Al Baihaqi dalam Asysyiib)

Usia beliau 63 tahun, sama seperti Rasulullah saw. Dia termasuk orang yang pertama masuk Islam. Manusia terbaik setelah Rasulullah saw. Mengemban kekhilafahan selama 2,5 tahun. Riwayat-riwayat lain menyebutkan 2 tahun 4 bulan kurang 1 hari; 2 tahun;20 bulan. Abu Bakar wafat pada tanggal 22 Jumadil Akhir 13H.


2. Umar bin Khattab ra (Al Faruq)

Umar dengan angkuhnya menyandang pedang melewati rumah dimana para sahabat Rasulullah tengah berkumpul. Pada saat itu Rasulullah pun berada disana disebuah rumah didekat bukit Assofa. Saat mendekati rumah itu Umar dicegat Nu’aim bin Abdullah yang langsung bertanya dengan lantang,“Hendak kemana engkau, hai Umar?“ Umar lantas mengutarakan maksud kedatangannya mencari Rasulullah, ia beranggapan Rasulullah telah agama mereka dan memecah belah kaum Quraisy. Nu’aim membantahnya, ia pun meminta Umar untuk kembali ke rumahnya untuk meluruskan urusannya dan keluarganya. Umarpun heran mendengar hal itu. Dengan segera Nu’aim membeberkannya, bahwa ipar dan anak paman Umar, Said bin Zaid, bahkan adiknya sendiri Fatimah bin Khattab telah masuk Islam dan mengikuti Rasulullah. Mendengarnya Umar marah bukan main, ia pun segera pulang kerumah. Kebetulan pada saat itu rumah Said sedang dikunjungi seorang sahabatnya, Khabbab ibnul Aratt yang sedang membacakan ayat-ayat Al Qur’an.

Ketika Umar memasuki rumah, Khabbab segera bersembunyi dan dengan cepat Fatimah lembaran-lembaran yang berisi ayatayat Al Qur’an dan menyembunyikannya. Padahal sesaat tadi, saat Umar mendekati rumahnya sayup-sayup ia mendengar bacaan Khabbab. Bertanyalah ia pada ketiga, syair apa yang ia dengar itu. Dan ia pun menjadi kalap saat tahu tentang keIslaman keduanya dari Nu’aim, ia pun ingin menghajar Said, namun dengan berani Fatimah meloncat dan melindungi suaminya. Hal ini malam membuat Fatimah terkena lemparan Umar hingga membuat kepalanya mengeluarkan darah.

Kejadian itu tak membuat Fatimah mundur namun malah sebaliknya, mengobarkan semangat dan keberanian dalam dirinya. Saat Umar melihat darah yang mengucur dari kepala adiknya, ia pun menyesal. Ia pun menahan amarahnya dan berkata,“Kalau begitu berikan padaku lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad pada kalian.“ Fatimahpun menyerahkan lembaran suci itu, yang bertulis surat Thaha.

Umar tersentuh saat membacanya. Khabbab pun segera keluar dari persembunyiannya. Umar lantas meminta pada Khabbab untuk mengantarnya kepada Muhammad. Setelah diberitahu mengenai keberadaan Muhammad, Umarpun segera benagkat dengan menyandang pedang. Sesampainya ditujuan, diketuklah pintunya. Mendengar suara ketukan, salah seorang sahabat Rasulullah mengintip, melihat Umar yang datang dengan menghunus pedang iapun ketakutan dan langsung mengabari Rasulullah.

Untuk melindungi Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muttalib maju dan mengutarakan pendapatnya. Rasulullah mempersilahkan Hamzah untuk menemui Umar. Ia pun lantas menemui Umar dilorong yang sempit dan meremas baju Umar dan segera bertanya maksud kedatangannya. Umarpun menjawab,”Ya Rasulullah aku datang untuk beriman kepada Allah dan RasulNya, dan kepada apa yang datang dari Allah.” Mendengar ucapan itu, Rasulullah dan para sahabat menjadi terharu. Muhammad memang berharap Umar mendapat hidayah dari Allah dan Allah telah mengabulkan doa Rasulullah.

Umar masuk Islam pada bulan Dzulhijjah, tahun keenam sesudah kenabian dan kerasulan Muhammad. Tak lama setelah menyatakan keIslamannya, Umar bertanya pada Rasulullah, mengapa mereka bersembunyi-sembunyi dalam menyiarkan agama. Rasulullah pun menjawab itu karena jumlah mereka yang masih sedikit. Umar pun berkata lagi,“Demi yang mengutus engkau dengan haq, aku berjanji bahwa di tiap-tiap tempat yang pernah aku sebarkan kekafiran, akan aku datangi untuk menyebarkan keimanan.“

Suatu hari Rasulullah Saw bersama kaumnya menuju Ka’bah dengan dua barisan. Hamzah dibarisan pertama dan barisan kedua dipimpin Umar. Ketika melihat kedua barisan itu kaum kafir menjadi muram dan kecut. Maka sejak itulah Rasulullah Saw memberi gelar kepada Umar dengan ‘AL FARUQ‘ yang artinya “Pembeda antara haq dan batil.“

Setelah menjadi Khalifah, Umar tak lagi disertai keganasan dan juga kekerasan. Bila Abubakar Assidiq ra memiliki sifat lemah lembut dan tenang, sebaliknya dengan Umar yang keras, tegas, dan tegar. Itulah dua sifat yang telah dipadukan oleh Rasulullah Saw. Ketika menghadapi perang Badar, Umar ra bersikap keras agar semua tahanan dibunuh, sedangkan Abubakar ra mengusulkan mereka dinenaskan. Namun sebaliknya, ketika menghadapi kaum murtad, Umar bersikap lunak sedangkan Abubakar ra bersikeras menindak mereka dengan perang.

Keislaman Umar adalah perintis, pembuka jalan dan pendorong kaum muslimin dalam menyatakan keislaman mereka secara terbuka. Hijrahnya Umar adalah kemenangan, karena dialah yang paling bersikap tegas terhadap kaum Yahudi. Kepemimpinannya adalah rahmat, sebab pada waktu itu kaum muslimin benar-benar dapat menghayati kehidupannya.

Umar adalah orang yang pertama kali dalam
Mendirikan Baitul Maal, menulis tarikh dari hijrah atau tahun hijrah, menyunahkan salat tarawih berjamaah di masjid, melakukan penyelidikan dan pengawasan pada malam hari, menghukum perbuat mencaci maki, mMenghukum dera delapan puluh kali peminum arak, yang mengharamkan kawin mut’ah, melarang menjual budak wanita yang mempunyai anak, mengumpulkan orang-orang untuk salat jenazah memperluas kekuasaan kewilayah-wilayah yang lain, baik Persia, Irak, Syam maupun Mesir, menetapkan faraidh (pembagian waris), mengirim bahan makanan melalui laut merah di mesir ke Madinah, ,Menetapkan pengenaan zakat atas ternak kuda, menetapkan hakim-hakim di daerah-daerah, dijuluki Amirul Mukminin, menyediakan gudang yang berisi gandum bagi orang-orang yang kehabisan bahan makanan, memperluas mesjid Nabawi dan tanahnya ditaburi kerikil, menciptakan uang logam, menggunakan pos untuk pengiriman surat, mengangkat pejabat yang mengawasi harga-harga dan yang mengatur tata tertib kesopanan dan kesusilaan, membuat parit-parit dan jembatan-jembatan, Mengirimkan pasukan penjaga ditempat strategis. Mereka ini diberi nama ‘Alajnaad‘, mengangkat pejabat yang ditugasi khusus

Umar mengemban kekhalifahan selama 10 tahun 6,5 bulan. Terbunuh pada akhir DzulHijjah 23 Hijriyah, pada usia 63 tahun sesuai dengan usia Rasulullah saw.


3. Utsman Ibnu Affan (Dzunnurain)

Pada suatu ketika pulang dari rombongan dagangnya ke negeri Syam, dan ketika rombongan itu tengah beristirahan, Utsman tertidur. Saat tidur ia bermimpi mendengar suara agar mereka bangun karena orang yang bernama ‘Ahmad‘ telah muncul di kota Mekkah. Rupanya telah sampai kabar gembira pada Utsman tentang hadirnya seorang nabi Allah, nabi akhir zaman. Walau sifatnya pemalu, tapi saat mendengar berita ini ia tidak pasif ataupun ragu, kelapangan dadanya dan juga kemurahan jiwanya mendorongnya untuk bertemu dengan Muhammad Saw. Itulah awal ia masuk Islam.

Ia pun termasuk dalam tujuh orang yang selalu mendampingi dan menyertai Rasulullah Saw. Utsman bin Affan RA adalah khalifah Islam ketiga. Pada saat kepemimpinannya, ia berhasil mengumpulkan wahyu, dan menyusunnya dalam bentuk mushaf Al- Qur’an. Utsman masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar As-Siddiq. Ia mendapat gelar Dzun Nur ’Ain (Pemilik Dua Cahaya), karena menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Utsman dikenal sebagai saudagar kaya dan dermawan. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Saat berkecamuk perang Tabuk, ’Utsman menyumbang lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000. Usman Wafat pada tahun 35H atau 655M. Pada akhir tahun 34 Hijriah daulah Islam mulai dilanda fitnah dan yang menjadi sasarannya adalah Utsman ra. Fitnah yang paling keji datang dari Mesir. Hal ini membuat Ali bin Abi Thalib mati-matian membela Utsman. Dimana mereka mengatakan bahwa Utsman telah membakar mushaf-mushaf suci, salat penuh (tidak qashar) saat di Mekah, mengangkat pejabat dari kalangan muda dan mengkhususkan sumber air untuk kepentingan diri sendiri.

Mengenai tuduhan-tuduhan itu Sayyidina Ali segera menjelaskan. Mushaf yang dibakar ialah mushaf yang mengandung perselisihan, adapun mengenai salat penuh itu karena Utsman berkeluarga di Mekah dan berniat menetap disana, sementara tentang sumber air yang dikhususkan itu adalah untuk ternah sodaqoh sampai mereka tumbuh besar, adapun mengenai mengangkat pejabat muda ini dilakukan karena orang-orang tersebut memang pantas untuk mendudukinya.

Setelah itu Ali lantas meminta Utsman agar ia berbicara langsung didepan semua dan meminta maaf karena lebih mengutamakan kaumnya. Utsman menangis tersedu-sedu dan membuat semua yang hadir pun demikian. Setelah itu rakyat sangat simpatik padanya. Namun sayangnya, diantara mereka ada yang menyebarkan tulisan dengan tanda tangan palsu dari sahabat terkemuka. Selain menjelek-jelekkan Utsman, mereka pun menuntut agar Utsman dihukum mati. Saat berkhotbah salat dimana ia diminta turun, kala itu ia masih mengimani salat. Ia lantas dianiaya sampai terluka parah. Keadaan itu tak berhenti sampai disana, Utsman juga dikepung selama sebulan di rumahnya. Dan suatu hari orang-orang itu memaksa masuk lantas membunuhnya.

Ia terbunuh pada 18 Dzul Hijjah tahun ke-35 Hijriah ba’da Ashar. Saat itu ia sedang puasa. Ia meninggal pada usia 80 atau 82 tahun.


4. Ali Bin Abi Thalib (Remaja Pertama yang Masuk Islam)

Ali bin Abi Thalib RA dilahirkan di Makkah tahun 598 Masehi. Suami dari putri Nabi, Fatimah, ini merupakan orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Sebagian meriwayatkan saat itu usianya 10 tahun.

Ali dilahirkan didalam Ka’bah dan Allah memuliahkan wajahnya (karramallahu wajlahu) untuk tidak bersujud kepada berhala. Di rumah yang menjadi pusat dakwahlah, Ali kecil dididik dan diasuh. Ia adalah sepupu dan anak asuh yang dibesarkan Rasulullah. Ali masuk Islam pada usia 10 tahun, dimana pada usia itulah diumumkannya dakwah islamiyah.

Penyebab Ali masuk Islam saat ia melihat Rasulullah Saw bersama Khadijah salat secara sembunyi-sembunyi. Ia pun lantas menanyakan hal itu kepada Rasulullah. Nabi Saw menjawab, “Ini adalah agama Allah yang dipilihNya sendiri dan mengutus para RasulNya. Aku mengajak kamu kepada (penyembahan) Allah yang satu, Esa, Tunggal, tiada sekutu bagiNya dan beribadat kepadaNya, dan mengkhufuri Allaata Aluzza.”

Ali lantas menjawab ini merupakan sesuatu yang belum ia dengar dan tidak dapat memutuskannya sebelum ia bercerita mengenai hal ini kepada Aba Thalib (ayahnya). Nabi Saw tercenung mendengar jawabannya. Ia pun berpesan pada Ali, jika ia ingin masuk Islam, maka rahasiakanlah.

Perkataan Rasulullah itu membuatnya tak dapat tidur semalaman. Ia terus merenungkannya. Dan ternyata Allah memberinya hidayah, dan keesokkan harinya dihadapan Rasulullah Saw, ia menyatakan keislamannya.

Suatu ketika Abu Thalib melihat apa yang dikerjakan oleh anak dan kemenakannya. Ia pun berseru apa yang sudah diperbuat keduanya. Rasulullah lantas menjelaskan segala sesuatunya dan mengajaknya untuk ikut juga. Namun Abu Thalib menolaknya. Penolakan ini tak membuat Ali berhenti untuk meneruskan perjalanan keimanannya bersama Rasulullah Saw.

Ali adalah orang pertama yang bersedia tidur ditempat Rasulullah Saw untuk menggantikannya saat rumah Rasulullah dikepung dan akan dibunuh menjelang hijrah ke Madinah. Saat perang ‘Khondak’, kaum Musyrikin yang berjumlah 24.000 prajurit berusaha mengepung Madinah. Namun karena parit-parit yang digali kaum muslimin, usaha pengepungan itu terhalangi. Akan tetapi lama kelamaan kaum musyrikin pada akhirnya mampu memasuki wilayah Madinah.

Pasukan berkuda yang dipimpin Amru bin Wudd, berteriak menantang siapa yang berani berhadapan dengannya satu lawan satu. Mendengarnya Ali meminta izin pada Rsulullah Saw untuk maju. Pada awalnya Rasulullah mencgah, tapi Ali terus mendesak akhirnya beliaupun mengizinkannya. 

Pada saat berhadapan dengan Amru bin Wudd, ia mengajaknya untuk bergabung namun tentu saja hal itu ditolak keras. Itu membuat Ali menantangnya, awalnya Amru tak ingin membunuh Ali tapi saat Ali berkata sebaliknya, bahwa ia ingin sekali membunuh Amru, membuatnya bersemangat melawan. Ia pun menyerang Ali tanpa ampun, akan tetapi Ali dapat dengan mudah menghindari semua serangannya. Ia pun berhasil menghunuskan pedangnya ketubuh Amru. Amru roboh bersimbah darah. Setelah peristiwa itu, Alipun kembali kebarisan muslimin dan ia terkenal sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan lawan.

Setelah Utsman terbunuh, itulah awal rentetan dari fitnah yang melanda kaum muslimin. Itu pula yang membuat masa Kekhalifan Ali adalah yang teramat sulit. Yang menyebabkan ketidak stabilan dalam jajaran tentara karena persoalan yang semakin rumit dan meruncing.

Dimana penduduk Irak membangkang dan penduduk Syam membuat issu. Dari kalangan Khawarij ada tiga orang yang membangkang yaitu Abdurrahman bin Amru atau dikenal dengan Ibnu Maljam, Alburak bin Abdulah dan Amru bin Bakar. Mereka bertiga berikrar membunuh atau terbunuh. Dan niat itu dilaksanakan pada 17 Ramadhan. Mereka mengasah dan juga meracuni pedang masing-masing.

Pada saat Ali ra berjalan menuju masjid dengan tiba-tiba Ibnu Maljam memukul kepalanya dari belakang dengan pedang yang membuat kepala Ali berdarah. Tapi tak lama ia berhasil ditangkap dan dihadapkan pada Ali ra. Ali berseru pada Ibnu Maljam bahwa ia telah berbuat baik padanya namun mengapa ia melakukan perbuatannya itu, Ibnu Maljampun menjawab dengan lantang, “Aku telah mengasah tajam pedangku selama empat puluh hari dan mohon kepada Allah agar aku dapat menggunakannya untuk membunuh makhluk yang paling jahat.” Ali pun menjawab,”Tiada lain, kamu akan terbunuholeh pedang mu itu dan aku tidak melihat ada orang yang lebih jahat darimu.”

Dan ternyata Ali wafat pada hari jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ia meninggal dalam usia 63 tahun dan menjabat sebagai khalifah selama 4 tahun 9 bulan. Beliau dimakamkan di Kufah, Irak.



5.  Thalhah Bin Ubidillah

Thalhah masuk islam pada awal datangnya islam di Mekah. Turut serta dalam Perang Uhud dan peperangan setelahnya. Dia tidak turut dalam Perang Badar karena saat itu ia di Syam untuk berdagang. Tetapi Rasulullah saw memberikannya harta rampasan perang Badar dan menetapkannya sebagai ahli Badar.

Dengan ditemani Abubakar Assiddiq, Thalhah menemui Rasulullah Saw. Setelah menyatakan keislamannya, saat mereka tengah dalam perjalanan pulang perjalanan mereka dicegat oleh Nofel bin Khuwalid yang dikenal dengan julukan ‘Singa Qurasyi’. Thalhah dan Abubakar tidak hany ditangkap tapi mereka juga diikat dengan tali tambang. Karena itu pula Thalhah dan Abubakar terskenal dengan julukan “Alqorinan” atau “Dua Serangkai”

Abubakar selalu teringat dengan Thalhah jika berbicara mengenai perang Uhud, ia berkata “Perang Uhud adalah harinyaThalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah Saw. Ketika melihat aku dan Au Ubaidilah, baginda berkata pada kami, “Lihatlah saudaramu ini.” Pada saat itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.

Thalhah terbunuh pada Perang Aljamal pada tahun 36 H. Saat itu ia berusia 62 tahun.




continue...>>>

No comments:

Post a Comment