"Sara, tunggu!" Galuh mengejar Sara yang tiba-tiba saja keluar dari cafe dengan terburu-buru. Saat ia berhasil menarik lengan Sara. Sara menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa buru-bu..."
Sara tak menjawabnya, ia kembali melangkah. Dengan segera meraih telpon genggamnya dari dalam kantung roknya. Ia mendial no.1
my lovely dady
"Papa, dimana?"
"Di rumah. Kenapa, dek?"
Langkah Sara terhenti. Tubuhnya lemas...
Galuh mencoba menopangnya. Ia terlihat cemas dengan perubahan tiba-tiba sahabatnya itu. Ada apa sebenarnya? Mengapa ia lari begitu mereka tiba di cafe tadi? Apa yang ia lihat sebenarnya? Begitu banyak pertanyaan yang ia sendiri tak tahu akan mendapat jawabnya atau tidak.
"Tinggalkan aku," pinta Sara dengan suara yang terdengar serak.
"Tapi..."
"Aku ingin sendiri..." Sara menatapnya.
"Berjanjilah kau akan baik-baik saja,"
Galuh melepas rangkulannya, ia membiarkan Sara menghilang dalam kerumunan banyak orang. Tapi diam-diam ia mengikuti. Ternyata Sara kembali ke cafe yang tadi. Galuh terlihat syok saat mengenali sosok lelaki yang di tatap Sara dengan tatapan nanar.
"Bukankah itu..." Galuh menbekap mulutnya. Ia melihat Sara berjalan mendekati meja lelaki itu.
"Pa..."
sama seperti Galuh, sosok lelaki itu pun syok melihat kehadiran Sara. Begitupun dengan wanita disampingnya.
No comments:
Post a Comment