"Bukan saya yang mengejar, tapi Bapak." ucapannya membuat ibu Min, tak dapat berkata-kata karena menahan emosi. Bagaimana bisa ia berkata begitu, sementara ia sudah merusak rumah tangga orang lain. Dari kejauhan putrinya menatap penuh kebencian, namun bibirnya melukis senyum saat sang bunda menatapnya lekat.
Ia tahu seperti apa belang ayahnya, tapi memilih diam dan berpura-pura tak tahu. Ia tak ingin bundanya lebih sedih lagi karenanya.
"Kamu nggak makan, Nak?"
"Nanti," Jena menjawab sekenanya. Ia sedang tak ingin berbicara pada sosok didepannya.
"Siapa Era?" tanyanya tiba-tiba.
"Era mana?"
"Ayah tahu siapa yang ku maksud," ia pun berlalu tanpa menunggu reaksi ayahnya.
Selama ini Jena merasa aneh dengan perubahan sang ayah yang lain dari biasanya, tapi ia tak pernah menduga jika beliau ternyata sedang mengalami puber kedua.
No comments:
Post a Comment